PT.SRITEX Bangkrut Pemerintah RI Turun Gunung Bantu Selamatkan Pabrik

PT.SRITEX Bangkrut Pemerintah RI Turun Gunung Bantu Selamatkan Pabrik

JAKARTA — Pemerintah tengah menyiapkan strategi untuk menyelamatkan PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritek dan Industri Tekstile secara keseluruhan. Strategi ini melibatkan empat kementerian, yakni Kementerian Perindustrian, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian Reny Yanita menjelaskan, pemerintah tengah menyiapkan strategi dan skema untuk menyelamatkan Sritex dan industri tekstil secara keseluruhan.

”Akan ada koordinasi dan konsolidasi empat kementerian yang akan menyusun skema-skema yang diperlukan,” ujar Reny saat ditemui di kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (28/10/2024).

Menurut Reny, dirinya juga belum bisa menyampaikan seperti apa skema dan strategi yang akan dilakukan pemerintah dalam rangka menyelamatkan Sritex dan industri tekstil. Kementeriannya fokus pada produksi dan utilisasi produksi Sritex agar tetap terjaga. Ini supaya tidak terjadi pengurangan jumlah pekerja di sana. Selain itu juga agar kontrak-kontrak kewajibannya bisa terselesaikan dengan baik.

Ditemui seusai pertemuan manajemen Sritex dengan Kementerian Perindustrian, Senin siang, Komisaris Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk Iwan Setiawan Lukminto mengatakan, pertemuan itu atas undangan Kementerian Perindustrian guna mencari tahu kondisi perusahaan saat ini.

Arahan yang diberikan Menteri Perindustrian, ujar Iwan, adalah agar operasi pabrik tetap berjalan. Menurut laporan tahunan Sritex pada 2023, jumlah pekerja di sana mencapai 11.249 orang. ”Memang iya kami tetap beroperasi di tempat kami,” ujarnya.

Iwan menambahkan, dari pertemuan itu pemerintah berencana membuat strategi atau skema penyelamatan industri tekstil. ”Ya, istilahnya (bersama Kemenperin akan) membuat strategi besarlah. Intinya begitu. Bagaimana untuk bisa semuanya sustain ya di situ,” katanya.

Namun, Iwan tidak menjelaskan lebih detail seperti apa strategi besar kebijakan yang akan dikeluarkan. Ia mengatakan, kebijakan itu akan dikeluarkan pemerintah secepatnya.

Selain itu, Iwan juga mengomentari soal penerapan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024 yang merupakan revisi ketiga atas Permendag No 36/2023 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor. Aturan itu menghapus pertimbangan teknis Kementerian Perindustrian dalam impor barang sehingga memudahkan impor masuk ke pasar dalam negeri.

”Secara nyata pasti, iya (terdampak aturan itu). Sebab, teman-teman kita juga kena banyak (yang terdampak). Teman-teman di tekstil ini,” ucap Iwan.

Ia menambahkan, Permendag No 8/2024 telah lama menjadi masalah. Pelaku industri tekstil banyak yang terdisrupsi terlalu dalam hingga penutupan pabrikan. Namun, pihaknya menyerahkan kebijakan itu kepada kementerian.

Berdasarkan laporan keuangan PT Sri Rejeki Isman Tbk pada triwulan II-2024, perusahaan mencatat rugi komprehensif tahun berjalan sebesar 25,73 juta dollar AS (Rp 401,94 miliar). Kerugian ini menurun sekitar tiga kali lipat ketimbang periode yang sama tahun lalu yang sebesar 78,03 juta dollar AS (Rp 1,21 triliun).

Kerugian terjadi lantaran pendapatan penjualan neto lebih kecil dari beban pokok penjualan. Pada triwulan kedua tahun ini, penjualan neto mencapai 131,72 dollar AS (Rp 2,05 triliun), sementara beban pokok penjualan mencapai 150,24 juta dollar AS (Rp 2,34 triliun). Hal ini menyebabkan perusahaan mencatat rugi bruto sebesar 18,51 juta dollar AS (Rp 289,15 miliar).

Bisnis Sritex sebesar 56,97 persen dari penjualan dalam negeri, sedangkan 43,02 persen dari penjualan ekspor. Dari jenis barangnya, penjualan benang, baik dari ekspor maupun dalam negeri, menjadi kontributor terbesar yang mencapai 51,79 persen dari total penjualan. Sisanya berasal dari kain jadi, pakaian jadi, dan kain mentah. Namun, secara keseluruhan, pendapatan penjualan neto triwulan kedua tahun ini menyusut 26,70 persen secara tahunan.

Di sisi lain, Sritex sebenarnya juga sudah menekan beban pokok penjualan sebesar 24,21 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Penurunan beban pokok penjualan paling signifikan datang dari pembelian bahan baku. Namun, rupanya angka penurunan tetap lebih besar ketimbang pendapatan yang bisa diperoleh.