Buntut larangan ekspor minyak goreng, Indonesia ditinggalkan India, Malaysia kini untung besar

Buntut larangan ekspor minyak goreng, Indonesia ditinggalkan India, Malaysia kini untung besar

NASIONAL – Aturan yang 28 April lalu diterbitkan Preisden Joko Widodo (Jokowi) untuk melarang ekspor bahan minyak goreng yaitu minyak sawit (CPO) telah menyebabkan Indonesia ditinggalkan India sebagai ekportir terbesar global.

Tak hanya itu, situasi ini juga dinilai mendatangkan untung besar bagi Malaysia. Salah satunya adalah ketika kebijakan yang diterapkan Presiden Jokowi tersebut memberi peluang Malaysia untuk merebut konsumen terbesar minyak sawit dunia, yaitu India.

Sejak kebijakan itu diterbitkan, India yang awalnya menggantungkan suplai minyak sawit pada Indonesia yang notabene merupakan pemasok CPO terbesar dunia, kini telah mengalihkan ketergantungan impornya pada Malaysia yang merupakan produsen minyak sawit terbesar kedua setelah Indonesia.

Bahkan memanfaatkan larangan ekspor ini, Malaysia menerbitkan kebijakan untuk memotong pajak ekspor minyak sawitnya hingga sebanyak setengahnya. Kombinasi larangan ekspor yang diterapkan Indonesia dan pemotongan pajak ini diramalkan akan menyebabkan kuota ekspor Indonesia ke India menurun sebanyak 35 persen.

Malaysia adalah penerima manfaat terbesar dari kebijakan Indonesia yang tidak terduga. Karena Indonesia tidak tersedia di pasar, Malaysia menjual lebih banyak dan mendekati rekor tertinggi,”ucap direktur SEA, BV Mehta seperti dikutip Hops.ID dari laman Aljazeera pada 11 Mei 2022.

Menurut data yang dipublikasikan oleh Solvent Extractors Association of India (SEA), lima bulan pertama perdagangan pada tahun 2021-2022, Malaysia telah mengekspor 1,47 juta ton minyak sawit ke India. Jumlah ini jauh lebih besar dari total ekspor minyak sawit Indonesia yang hanya 982,123 ton pada periode tersebut.

Menurut perkiraan, perdagangan untuk bulan Mei tahun 2022, Malaysia akan mengungguli total ekspor minyak sawit Indonesia dengan angka 290.000 ton. Sedangkan Indonesia mengekspor 240.000 ton untuk memenuhi kebutuhan 570.000 ton minyak sawit India.

Jumlah ekspor minyak sawit Indonesia ini juga dikhawatirkan akan terus turun jika selama dua minggu ke depan aturan larangan masih terus diberlakukan. Selain itu, pergeseran pemasok minyak sawat dari Indonesia ke Malaysia nantinya akan mengganggu dominasi Indonesia di Asia Selatan.

Salah satu konsumen dari India mengaku bahwa transaksi perdagangan bersama Malaysia dilakukan karena kebijakan ekspor Negeri Jiran tersebut dinilai lebih stabil jika dibandingkan dengan Indonesia.

“Indonesia mungkin akan mencabut larangan ekspor pada bulan ini, tetapi tidak ada jaminan jika Indonesia tidak akan membatasi ekspor lagi. Kebijakan ekspor Malaysia jauh lebih stabil dan itulah yang kami inginkan,” ucap pengimpor minyak dari India.***