Pedagang Emas Hanya Bisa Mengikuti Pasar, Harga Tembus 1,75 Juta per Gram

Pedagang Emas Hanya Bisa Mengikuti Pasar, Harga Tembus 1,75 Juta per Gram

Serang– Harga emas yang melonjak drastis sepanjang 2025 menjadi tantangan besar bagi para pelaku usaha perhiasan. Bobby, pemilik Toko Benua Indah yang sudah lebih dari 30 tahun menjalankan bisnis emas merasakan langsung dampak dari gejolak pasar yang tak menentu. Omzet tokonya menurun seiring merosotnya daya beli masyarakat.

“Orang sekarang pikir-pikir dulu mau beli. Harga sudah dua kali lipat dari tahun lalu, jadi banyak yang memilih menunda,” kata Bobby saat ditemui di tokonya di kawasan Pasar Lama, Serang, Senin (28/4/2025).

Berdiri sejak 1993, Toko Benua Indah kini memiliki dua cabang di Serang. Meski usahanya masih berjalan tanpa dukungan impor maupun ekspor, Bobby mengaku kondisi pasar semakin sulit diprediksi. Emas yang ia jual dipasok langsung dari pabrik di Surabaya.

Ia menyebut bahwa pasar emas di Pulau Jawa didominasi oleh pengusaha asal Kalimantan dan keturunan Tionghoa Jawa, termasuk dirinya yang berasal dari Singkawang, Kalimantan Barat. Dalam sehari, tokonya masih dikunjungi 30 hingga 40 orang, namun nilai transaksi tak lagi sebesar dulu.

“Pembeli masih ada, tapi daya beli turun. Mereka beli sedikit-sedikit,” ujarnya.

Harga emas per 28 April 2025 tercatat mencapai Rp.1.750.000 per gram untuk kadar 24 karat. Sementara emas 23 karat dihargai Rp.1.250.000 dan 22 karat Rp.750.000. Bobby memberikan potongan rata-rata Rp.40.000 per gram bagi pembeli.

Menurutnya, pedagang tidak bisa menentukan harga secara mandiri. Semua bergantung pada pasar pusat. “Kita hanya bisa mengikuti. Mau bagaimana lagi” ujarnya.

Bobby mencatat kenaikan harga emas dalam tiga dekade terakhir sebagai sesuatu yang ekstrem. “Tahun 1993, 24 karat cuma Rp26.000 per gram. Sekarang hampir Rp2 juta. Ini naiknya luar biasa,” ungkapnya.

Ia juga menyinggung peran pemerintah yang dinilainya belum optimal dalam menjaga kestabilan ekonomi. “Kami hanya berharap situasi segera membaik,” pungkasnya.

(Yuyi Rohmatunisa)